Sempat tertinggal lebih dahulu lewat gol Bayu Pradana di menit ke-58, Bhayangkara berhasil membalikkan keadaan dan meraih kemenangan atas Barito Putera. Tiga poin ini sangat penting bagi anak asuh Paul Munster dalam menjaga asa meraih gelar juara. Bhayangkara sempat menempati peringkat puncak meski hanya kurang lebih dua jam. Arema sukses mengalahkan Persela dan kembali merebut peringkat puncak.
Dua gol balasan Bhayangkara dicetak oleh pemain veteran, Herman Dzumafo. Gol tersebut membuat pemain kelahiran Kamerun itu menjadi pencetak gol tertua di ajang Liga 1. Dzumafo mencetak gol ketika berusia 41 tahun 11 bulan 8 hari, mengalahkan catatan gol Cristian Gonzales pada 2017 lalu ketika berusia 41 tahun 2 bulan 12 hari. Dzumafo baru kembali ke Bhayangkara pada putaran kedua setelah sebelumnya membela klub Liga 2, Dewa United, di mana ia berhasil mengantarkan Dewa United promosi. Di Liga 2 2021, Dzumafo mencatatkan 14 penampilan dengan torehan empat gol dan dua asis.
Masuk dari menit ke-81, Dzumafo hanya butuh dua menit untuk mencetak gol penyeimbang Bhayangkara. Ia sukses menyambut umpan silang dari Adam Alis. Ketika pertandingan memasuki menit ke-90, Dzumafo kembali mencetak gol dari tandukan kepala. Kali ini ia berhasil meneruskan umpan silang Melvin Platje. Dua gol dari skema yang sama ini menjadi jawaban dari permasalahan Bhayangkara sepanjang pertandingan.
Bhayangkara bermain dengan formasi 433 namun tanpa Ezechiel Ndouassel di posisi striker. Dendy Sulistyawan diplot menggantikan striker berkebangsaan Chad itu. Dendy sebenarnya bukan tipe striker target man yang kuat dalam duel udara, sehingga skema umpan silang bertubi-tubi dari Bhayangkara tidak menghasilkan gol.
Sisi kanan menjadi sumber utama umpan silang Bhayangkara. Hal ini terjadi karena Munster tampak ingin memanfaatkan postur dan positioning Melvin Platje yang bermain di posisi sayap kiri. Ketika melepaskan umpan silang dari kanan, Platje akan merangsek masuk dan menambah target umpan silang. Terlihat dari grafik di bawah ini, Bhayangkara melepaskan 21 umpan silang dari kanan, berbanding jauh dari kiri yang hanya mencapai angka sembilan. Meski begitu, skema ini masih gagal menghasilkan gol.
Sebelum Dzumafo masuk, Bhayangkara mencatatkan 25 umpan silang. Delapan di antaranya sukses menemui sasaran namun tidak ada yang bersarang ke gawang Barito Putera. Akhirnya hujan umpan silang Bhayangkara berbuah hasil setelah Dzumafo masuk. Meski sudah berusia sangat tua untuk seorang pemain sepakbola, Dzumafo membuktikan bahwa dirinya masih bisa diandalkan untuk skema umpan silang.
Postur yang besar membuat Dzumafo masih kuat dalam duel udara. Kemampuan lain yang penting dalam menyukseskan skema umpan silang adalah positioning. Dari dua gol Dzumafo, ia terlihat mampu memposisikan diri di antara bek lawan, tidak menempel bek lawan. Kondisi ini membuat bek lawan kesulitan menjaga Dzumafo dan kalah momentum ketika duel udara. Keberadaan Platje pada gol pertama juga membuat bek Barito terbagi fokus dalam marking.
Posisi yang bagus, umpan silang akurat, dan tandukan yang terarah membuat Bhayangkara sukses mencetak dua gol dari skema ini. Penampilan Dzumafo patut diacungi jempol. Ia bisa membuat skema umpan silang Bhayangkara menghasilkan gol. Lebih dari itu, menghasilkan tiga poin dan tetap menempel Arema di posisi puncak dengan selisih satu poin.