PSIS Semarang 3-3 Barito Putera: Pertandingan dengan Dua Wajah
Hujan gol mewarnai pertandingan kedua Piala Menpora 2021. PSIS Semarang dan Barito Putera berbagi poin dengan skor 3-3. Sempat unggul 3-0 di babak pertama, PSIS gagal mempertahankan keunggulan lantaran Barito sukses mencetak tiga gol di paruh kedua untuk menyamakan kedudukan. Jalannya pertandingan seolah-olah menunjukkan ‘dua wajah’ pertarungan: satu untuk PSIS dan satu untuk Barito.
Line-up
PSIS arahan pelatih Dragan Jukanovic turun dengan pola 4-4-2 yang bisa bertransformasi menjadi 4-2-3-1. Tampil dengan komposisi 100% pemain lokal, PSIS menurunkan pemain-pemain muda seperti Alfeandra Dewangga, Pratama Arhan, Eka Febri dan Fredyan Wahyu di lini tengah dan belakang. Di lini depan, pemain senior Hari Nur Yulianto dan Fandi Eko Utomo berduet memimpin lini serang.
Sementara itu, Barito Putera tampil dengan formasi 4-3-3. Dari struktur permainan, Barito mengandalkan sektor sayap lewat dua bek sayap yang aktif menyerang di kedua sisi, yaitu Bagas Kaffa di kanan dan Rizky Pora di kiri. Di area yang lebih tinggi, dua pemain sayap Ambrizal Umanailo dan Beni Oktovianto menjadi ancaman tim asal Kalimantan Selatan tersebut. Di sisi tengah, trio Lutfi Kamal, Bayu Pradana, dan Alif Jaelani menjaga keseimbangan.
Susunan pemain kedua tim
Babak pertama: kedisiplinan dan efektivitas PSIS
Di babak pertama, PSIS berhasil unggul tiga gol. Ketiganya dicetak pasca water break lewat skema set piece dan transisi cepat. Laga di babak pertama sendiri berlangsung cukup ketat, namun PSIS mampu melakukan serangan lebih efektif dan tetap disiplin menjaga daerahnya.
Di lini tengah dan belakang, PSIS sangat disiplin dalam menjaga pemain Barito. Dua gelandang tengah, Finky Pasamba dan Eka Febri menerapkan penjagaan man to man terhadap gelandang Barito yang masuk ke areanya. Penjagaan ketat juga ditunjukkan pemain belakang, baik bek sayap maupun bek tengah terhadap tiga pemain depan Barito.
Kedisiplinan juga ditunjukkan oleh pemain sayap dan penyerang PSIS yang tidak ragu untuk melakukan track back. Bek sayap Barito yang agresif menyerang membuat mereka harus mengikuti hingga ke daerahnya sendiri. Begitu juga dengan Fandi Eko yang kerap turun untuk mengimbangi jumlah pemain di lini tengah.
Hal tersebut menyulitkan Barito untuk melakukan progresi serangan karena PSIS nyaris selalu bisa mengimbangi pemain Barito secara jumlah. Barito kemudian banyak mengandalkan umpan langsung ke pemain sayap, baik Umanailo maupun Beni agar mereka memanfaatkan situasi 1v1. Sayangnya hal tersebut kurang membuahkan hasil.
PSIS di sisi lain bermain cukup direct dengan banyak memainkan switch play ke kedua sisi sayap. Hal ini cukup sering dilakukan, termasuk di momen transisi. Strategi ini menemukan jalannya untuk memanfaatkan bek sayap Barito yang kerap naik dan meninggalkan posnya. Alhasil, PSIS memperoleh dua gol dari skema tersebut.
Blok pertahanan PSIS mengantisipasi serangan Barito dan mengeksploitasi celah yang ditinggalkan bek sayap Barito (area merah)
Babak Kedua: perubahan struktur bawa Barito samakan angka
Tertinggal tiga gol membuat Barito melakukan beberapa perubahan pada jeda pergantian babak. Penyerang asing mereka, Bissa Donald dimasukkan untuk mengisi pos ujung tombak. Rizky Pora juga didorong bermain di posisi penyerang sayap kanan untuk memfasilitasi daya ledaknya.
Strategi tersebut terbukti jitu. Baik Donald dan Rizky Pora sukses mencetak gol bagi Barito. Meski demikian, rahasia Barito bisa menyusul di babak kedua adalah perubahan struktur serangan mereka.
Di babak kedua, gelandang Barito didorong untuk banyak mengisi ruang antar lini. Dalam beberapa momen, Alif Jaelani berperan sebagai pemain No. 10 di belakang Donald. Gelandang Barito banyak mengambil posisi di antara gelandang tengah dan sayap PSIS. Pemain sayap juga secara konsisten bermain tinggi dan melebar untuk merenggangkan pertahanan PSIS. Bek sayap juga tak selalu melakukan overlap dari luar, tetapi juga terkadang bermain lebih ke dalam untuk memberikan koneksi di bawah sekaligus membuat gelandang Barito bisa mengisi ruang di area yang lebih tinggi.
Dengan gelandang yang konsisten mengisi antar lini, koneksi serangan Barito jauh lebih baik di babak kedua. Posisi pemain sayap yang melebar juga memperluas area serangan Barito.
Okupansi ruang yang lebih baik dari Barito di babak kedua
Mekanisme ini membuat lini pertahanan PSIS semakin rendah. Proses bangun serangan Barito di area bawah relatif lebih mudah. Mahesa Jenar mengubah blok pertahanannya menjadi 4-2-3-1 di pertengahan babak kedua untuk menyiasati pemain Barito di ruang antar lini. Hanya saja, dengan blok yang semakin rendah, PSIS jadi lebih sulit untuk melakukan serangan balik. Apalagi Barito kini jauh lebih siap dengan menyiagakan pemain lebih banyak untuk mengantisipasi hal-hal tersebut.
Kesimpulan: laga sengit dengan hasil yang ‘adil’
Skor 3-3 menggambarkan pertandingan yang cukup berimbang antara keduanya. Berimbangnya permainan kedua tim juga terefleksi dalam statistik kedua tim. Dari jumlah tembakan, keduanya sama-sama 6 kali menembak tepat ke gawang. Jumlah tembakan keseluruhan juga tak jauh berbeda, PSIS sedikit lebih unggul dengan 10 percobaan, berbanding dengan 8 tembakan hasil kreasi anak-anak Barito.
Begitu juga dengan penguasaan bola. Angka 51% bagi PSIS dan 49% bagi Barito merefleksikan pertarungan yang sengit. Kedua tim bahkan sama-sama melakukan 301 operan dengan Barito unggul 1 operan sukses dari PSIS.
Skor imbang mungkin akan disesali oleh PSIS yang sempat unggul 3-0. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri pula perubahan struktur yang dilakukan Barito di babak kedua layak diberi kredit. Hasil akhir cukup adil dengan permainan yang menghibur bagi penonton netral.