Liga 1 2021/22 sudah memasuki pekan pertandingan keempat. Banyak fenomena yang terjadi di kompetisi yang akhirnya hadir setelah hampir satu setengah tahun vakum. Salah satu yang menarik adalah kemunculan para full-back atau bek tepi yang justru berperan signifikan untuk klubnya masing-masing.
Peran full-back sendiri di sepakbola Indonesia tidak terlepas dari revolusi taktik dan gaya permainan. Ada masa ketika formasi WM (3-2-2-3) populer, lalu berlanjut dengan maraknya penggunaan formasi dasar dengan tiga bek tengah. Hal-hal tersebut membuat para pemain yang beroperasi di sektor ini juga mengalami perubahan.
Beberapa contoh pemain yang mengalami perubahan di Indonesia adalah Ortizan Solossa dan Fandi Mochtar. Kedua pemain ini sebenarnya memainkan peran yang ofensif dalam skema dasar 3-5-2 atau 3-4-3 di timnya masing-masing. Namun ketika banyak tim sudah mulai menggunakan skema empat pemain bertahan, akhirnya Ortizan dan Fandi justru bergeser posisinya menjadi full-back. Namun, serupa dengan yang terjadi sepakbola Eropa sekalipun, posisi full-back kerap dipandang sebelah mata. Biasanya diberikan kepada para pemain yang tidak cukup kuat secara fisik sebagai bek tengah dan tidak cukup cepat untuk bermain di sektor sayap bagian penyerangan.
Kemunculan para full-back andal di sepakbola Eropa seperti Trent Alexander-Arnold atau Achraf Hakimi juga terjadi di sepakbola Indonesia. Setidaknya hingga pekan keempat di Liga 1 2021/22, ada beberapa full-back yang tampil luar biasa, bahkan berperan penting terhadap penampilan apik timnya.
Bukti paling sahih terlihat dengan bagaimana pencatat asis terbanyak di kompetisi Liga 1 sejauh ini adalah bek kanan Persiraja, Mohammad Rifaldi, dengan tiga asis. Diikuti oleh bek Persik, Dani Saputra, dengan dua asis. Sementara itu, para pemain di daftar teratas pembuat asis terbanyak di Liga 1 kebanyakan adalah gelandang asing seperti Wiljan Pluim atau Ciro Alves.
Begitu pula dengan catatan statistik lain seperti misalnya umpan silang sukses (successful crosses). Catatan terbaik justru dimiliki oleh para pemain yang beroperasi di sektor full-back. Lima nama teratas adalah Bagus Nirwanto (PSS), Leo Guntara (Borneo FC), Made Andhika (Bali United), Zulkifli Syukur (PSM), dan Rifaldi (Persiraja)
Ternyata bukan hanya statistik penyerangan, soal aksi defensif, para pemain di posisi full-back juga membuat catatan bagus. Dari daftar pembuat intersepsi (nterceptions) terbanyak, memang pada posisi teratas ada dua bek tengah Madura United, Jaimerson dan Fachrudin Aryanto. Tapi posisi selanjutnya justru adalah para full-back, yaitu Edo Febriansyah (Persita) dan Birrul Walidain (Persela).
Sementara untuk hal-hal lain yang tidak tercatat dalam statistik, seperti gaya bermain, misalnya, bisa terlihat bagaimana beberapa tim memang mengandalkan full-back mereka untuk membangun serangan. Salah satu yang paling kentara adalah PSIS.
Tim Mahesa Jenar tampil cukup solid hingga pekan keempat. Mereka jadi satu dari enam tim yang belum sekalipun menelan kekalahan. Para pemain di posisi full-back dari PSIS, baik Fredyan Wahyu di posisi bek kanan, ataupun Pratama Arhan di posisi bek kiri, memiliki peran sentral.
Mereka berdua tidak hanya berperan sebagai support dari para penyerang sayap yang ada di depan mereka seperti Riyan Ardiansyah atau Septian David. Keduanya juga berperan ketika PSIS membangun serangan. Bahkan dalam beberapa waktu, terutama Fredyan, mereka justru berada di posisi yang lebih advance atau bahkan sejajar dengan penyerang sayap. Hal ini tentu membuat dimensi penyerangan PSIS menjadi jauh lebih variatif.
Menarik untuk dinantikan bagaimana peran dari para full-back ini selama keberlangsungan Liga 1 musim ini. Tentunya, kemunculan para full-back yang bemain menonjol juga akan memberikan dampak bagus untuk Tim Nasional Indonesia. Ini membuat setiap lini memiliki pemain yang jauh lebih baik.
Penulis : Box2Box