Meski belum genap dua bulan Liga 1 BRI berjalan, data statistik dari performa setiap klub yang berkompetisi dapat memberikan banyak insight tentang bagaimana setiap klub mengawali musim 2021/2022 ini, dan alasan mengapa mereka menempati posisi ranking mereka saat ini. Artikel ini akan mengupas performa klub Liga 1 BRI dari aspek passing dan penguasaan bola (ball possession).
Sampai dengan pekan ke-6, tercatat ada 39591 passing yang telah dilakukan dalam seluruh laga liga 1 BRI. Artinya, setiap tim rata-rata melakukan passing sebanyak 366 kali dalam satu pertandingan, atau sebanyak 2199 passing selama kompetisi berlangsung. Dua tim yang saat ini menempati papan bawah, yaitu Persebaya dan Persipura memiliki rata-rata jumlah passing tertinggi per pertandingan yaitu sebanyak 444 dan 447 kali passing. Sementara Bhayangkara Solo FC dan PSIS yang menempati peringkat pertama dan kedua justru memiliki rata-rata jumlah passing yang lebih rendah dibandingkan rata-rata liga, yaitu hanya 345 dan 338 kali passing per pertandingan.
Berbeda dengan gaya permainan klub-klub Liga Inggris dimana tim papan atas seperti Manchester City dan Chelsea biasanya menggunakan permainan short-passing untuk mempertahankan possession sementara tim-tim papan bawah cenderung memiliki jumlah passing yang sedikit karena sering menggunakan pola operan juah atau long ball, klub-klub Liga 1 BRI tidak (atau mungkin belum) menunjukkan pola yang persis seperti itu. Jika data jumlah passing diesktrapolasikan secara linear dari peringkat pertama ke peringkat terakhir, tidak terlihat ada gradasi yang menunjukkan trend kenaikan atau penurunan jumlah passing seiring dengan peringkat klasemen. Tim-tim yang menempati peringkat empat besar justru melakukan passing yang lebih sedikit dibandingkan tim-tim di papan tengah. Hanya Persib tim papan atas yang memiliki jumlah passing per pertandingan di atas rata-rata liga. Sementara di papan bawah, mirip dengan Liga Inggris, klub-klub selain dari Persipura memiliki jumlah passing yang lebih sedikit dibandingkan klub di papan atas.
Selain dari jumlah passing yang lebih tinggi dari rata-rata tim peserta Liga 1 BRI, tim penghuni papan tengah seperti Persebaya, Borneo FC Samarinda, Persikabo, dan Madura United ternyata memiliki akurasi operan (pass accuracy) yang lebih tinggi dari rata-rata liga. Hanya Bhayangkara Solo FC dan Bali United yang memiliki pass accuracy di atas rata-rata dengan rata-rata jumlah passing per pertandingan di bawah rata-rata liga. Sementara tim papan bawah, selain dari Persipura, memiliki pass accuracy di bawah rata-rata liga. Uniknya, pass accuracy dan rata-rata jumlah passing per pertandingan dari PSIS dan Persija, yang saat ini menempati peringkat dua dan empat, justru lebih rendah dibandingkan rata-rata liga.
Jika dikaitkan dengan rata-rata ball possession selama 6 pertandingan, terdapat kecenderungan bahwa tim dengan pass accuracy lebih tinggi juga memiliki ball possession yang lebih tinggi. Klub dengan pass accuracy di atas 80% lebih mendominasi pertandingan (rata-rata ball possession di atas 50%), sementara hanya Persija klub dengan pass accuracy di bawah 80% yang memiliki rata-rata ball possession di atas 50%. Di antara tim penghuni peringkat 10 besar, terdapat tiga tim yaitu PSIS, Arema, dan Persita yang memiliki ball possesion di bawah 50%.
Melihat statistik performa passing dan possession dari klub peserta Liga 1 BRI, dapat kita lihat bahwa kualitas operan dan penguasaan bola bukan satu-satunya faktor yang menentukan peringkat tim pada klasemen, setidaknya sampai pekan 6 ini. Tim dengan jumlah passing, pass accuracy, dan ball possession yang tinggi di atas rata-rata liga justru terjebak di papan tengah. Hampir semua tim yang memiliki performa operan dan penguasaan bola yang lebih rendah dibandingkan rata-rata liga menempati papan bawah (peringkat 13 ke bawah) kecuali PSIS, Arema, dan Persita yang justru berhasil masuk ke 8 besar.
Sementara itu, Persebaya dan Persipura, yang memiliki performa operan dan penguasaan bola yang sangat impresif (tertinggi di liga), justru terbenam dan hanya berjarak masing-masing tiga dan dua poin dari tim juru kunci, Persiraja. Dalam kasus Persebaya, sangat rapuhnya pertahanan membuat penguasaan bola dan produktivitas gol yang tinggi menjadi tidak berarti. Di sisi lain, Persipura selalu memulai pertandingan layaknya mesin yang belum panas, sebagaimana 6 dan dari 7 gol yang bersarang di jala Persipura terjadi di 15 menit pertama pertandingan. Meskipun di sisa waktu berikutnya hampir selalu dapat menguasai jalannya pertandingan, Persipura hampir selalu gagal untuk membalikkan keadaan.
Berbeda dengan tim-tim di papan tengah, tim-tim papan atas justru berhasil menunjukkan permainan sepak bola yang efisien dan efektif. Dengan jumlah passing yang relatif sedikit namun akurat, mereka berhasil mengonversi peluang sekaligus menjaga gawang dari kebobolan. Bhayangkara FC menunjukkan kerjasama yang sangat solid karena mampu menjaga ball possession (rata-rata di atas 55%) dan mencapai selisih gol tertinggi di liga meskipun dengan sedikit operan. Sementara itu PSIS layak untuk disebut sebagai tim paling efisien karena mampu menghasilkan 9 gol di saat hanya Persiraja, Persita, dan Persik yang memiliki rata-rata ball possession lebih rendah. Dibandingkan tim papan atas lainnya, Persib, justru tampak mengandalkan pada banyaknya passing dan penjagaan ball possession untuk menutup peluang lawan mencetak gol dan menghindar dari kekalahan.
Penulis : Tizar Muhammad Kautsar Bijaksana (Dosen ITB)